MAKALAH : Putus Asa Beseta Dahlil Qur'an | Materi Tugas Tugas
Pada kesempatan kali ini saya ingin memberikan contoh kepada kalian semua para pelajar mengnai Makalah Putus Asa. Berikut saya biatkan Makalah buatan saya sendiri. bisa di jadikan referensi untuk pembuatan makalah kalian semua para pelajar.
MAKALAH PUTUS ASA
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan seru sekelian
alam.Shalawat dan salam semoga dilimpah kepada Nabi Muhammad SAW, Rasullah
terakhir yang diutuskan dengan membawa syari’ah yang mudah,penuh rahmat,dan
membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Dalam hal ini kami akan memerangkan tentang masalah putus
asa, untuk memenuhi tugas mata pelajaran Akidah Akhlak, mudah-mudahan kami bisa
menyelesaikannya dengan baik sesuai dengan keinginan kita bersama amin ya
robbal a’lamin.dan mungkin makalah kami
tidak sempurna dan tidak lengkap karna kami adlah seorang manusia yang takluput
dari dosa dan kesalahan.
Dan kami berharap mudahan makalah ini bisa menjadi
pelajatan ataupun pandangan dalam kehidupan kita aminiiin.kami sangat berterima
kasih kepada otnum-otnum yang membantu dsalam menyelesaikan makalah kami ini,
makalah kami bisa menjadi pelajaran dan pengetahuan yang bisa dipahami di
mengerti kami ucapkan syukur alhamdulillah atas segala karunia yang telah
diberikan allah subhanahuwata’ala
DAFTAR
ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PEDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Putus Asa
B.
Jenis
Jenis Putus Asa
C.
Ciri
Ciri Prilaku Putus Asa
D.
Sebab
Sebab yang dapat menimbulkan Putus Asa
E.
Dampak
Negatif Putus Asa
F.
Contoh
Orang yang berputus asa
G.
Untuk
Menangani Penyakit Putus Asa
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Al-Qur’an
merupakan wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan merupakan
kalamullah yang mutlak kebenarannya, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk
tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia dan
akhirat kelak. Ajaran dan petunjuk tersebut amat dibutuhkan oleh manusia dalam
mengarungi kehidupannya. Namun demikian al-Qur’an bukanlah kitab suci yang siap
pakai dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-Qur’an tersebut, tidak
langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah yang dihadapi manusia.
Ajaran al-Qur’an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general
sehingga untuk dapat memehami ajaran al-Qur’an tentang berbagai masalah
tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur tafsir sebagimana yang
dilakukan oleh para ulama. Salah satu pokok ajaran yang terkandung dalam
al-Qur’an adalah tentang kewajiban belajar mengajar, yang dalam makalah ini
akan membahas tentang Surat al-Ankabut ayat 19 – 20.
Mungkin kita
semua tahu, dalam diri manusia pasti memiliki kekurangan yang mengakibatkan
manusia tersebut tidak percaya diri. Mereka menjadi enggan berbuat sesuatu,
karena merasa dirinya tidak bias berbuat apa-apa. Perkara yang paling bisa
menghancurkan manusia bukan sesuatu yang datang dari luar dan kemudian
menyergap hidupnya. Entah itu kehilangan pekerjaan, kehilangan kekasih, atau
kehilangan pendapatan. Bukan itu, tetapi hal yang paling buruk yang bisa
terjadi di dalam kehidupan seseorang adalah ketika orang tersebut kehilangan
kepercayaan diri terhadap dirinya sendiri. Istilah lainnya, meminjam bahasa
gaul remaja, tidak lagi pede. Orang yang putus asa berarti ia tidak lagi bisa
mempercayai dirinya sendiri. Hal ini merupakan hal yang paling berbahaya karena
keputusasaan datang dari dalam hati seseorang. Sesuatu yang datangnya dari
luar, sejalan dengan waktu dapat disingkirkan, tetapi apa yang terjadi di dalam
hidup manusia, hanya orang yang bersangkutan itulah yang bisa menyelesaikannya.
Berapa banyak orang yang putus asa, yang kehilangan kepedean terhadap dirinya
sendiri, dan kemudian merasakan letih lesu, lunglai sehingga merasa tak ada
lagi yang dapat dilakukan selain mengakhiri hidupnya. Menurut saya, inilah
masalah yang paling besar ketika kita tidak bisa lagi melihat bahwa di dalam
hidup kita ada sesuatu yang masih bernilai.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Putus Asa
Putus asa
adalah suatu sikap atau perilaku seseorang yang menganggap drinya telah gagal
dalam menghasilkan sesuatu harapan cita-cita. Ia tidak mau kembali lagi untuk
berusaha yang kedua kalinya. Semua umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan
umat itu pastilah menjadi lemah dan lenyap kekuatannya karena putus asa
merupakan penyakit atau racun yang benar-banar membahayakan bagi setiap pribadi
manusia.
Bukan
sembarangan jika Allah SWT. Dalam salah satu firman-Nya, mempersamakan antara
sifat putus asa itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada lain hanyalah karena
bencana yang ditimbulkan oleh kedua macam sifat itu sama-sama besar dan
dahsyat. Firman Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya: “janganlah kamu semua berputus
asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak ada yang suka berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS. Yusuf:87)
Allah SWT
menyamakan sifat putus asa dengan kekafiran, karena bencana yang ditimbulkan
oleh kedua sifat itu sama besar dan dasyat. Karena apabila ia diberi beban atau
sesuatu yang harus siselesaikan dan perlu segera dilaksanakan demi kepentingan
masyarakat, ia meninggalkannya secara perlahan-lahan, bahkan terkadang tidak
mengerjakan sama sekali. Ia merasa keberatan atau menganggap bahwa apa yang
dititipkan kepadanya terlampau berat sehingga ia enggan dan berputus asa untuk
meneruskannya. Tentu saja hal itu merugikan diri sendiri dan masyarakat.
Putus asa
adalah godaan setan. Setan mencoba memengaruhi orang-orang beriman dengan
membuat mereka bingung dan kemudian menjerumuskan mereka untuk berbuat
kesalahan yang lebih serius. Tujuannya adalah agar orang-orang beriman tidak
merasa yakin dengan keimanan dan keikhlasan mereka, membuat mereka merasa
“tertipu”. Jika seseorang jatuh ke dalam perangkap ini, ia akan kehilangan
keyakinan dan akibatnya akan mengulangi kesalahan yang sama. Allah SWT
berfirman,
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ
وَأَخِيهِ وَلا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ
اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
Artinya:
"Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita
tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir".(QS. Yusuf: 87).
Dari ayat tersebut sangat jelas kalau putus asa hanyalah
untuk orang-orang yang kafir. Dari putus asa bisa mengakibatkan hal lain yang
bisa menyalahi aturan agama dan bahkan hukum negara, misal saja bunuh diri,
merampok dan lain-lain. Untuk itu, janganlah berputus asa apapun yang kita
alami.
Sesungguhnya rezeki dan anugerah itu datangnya dari Allah
SWT, bukan dari manusia atau makhluk lainnya.
Dalam kondisi demikian, orang beriman harus segera
meminta ampunan Allah, berpikir seperti yang Al-Qur`an ajarkan dan segera
membentuk pola pikir yang baru. Al-Qur`an menjelaskan apa yang harus dilakukan
orang beriman dalam kondisi itu. Allah S.W.T berfirman
وَإِمَّايَنزَغَنَّكَمِنَالشَّيْطَانِنَزْغٌفَاسْتَعِذْبِاللّهِإِنَّهُ
سَمِيعٌعَلِيمٌ
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka
berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (al-a’raaf: 200)
Itulah sebabnya Allah menyebut orang yang putus asa
sebagai orang yang kafir (ingkar), karena ia lupa dengan hakekat kehidupan yang
berupa ujian ini. Juga lupa dengan berbagai nikmat yang lebih banyak diberikan
Allah SWT daripada musibah/cobaan yang Allah berikan kepadanya.
Allah SWT juga mencela orang yang cepat berputus asa
dengan firman-Nya,
“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka
ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan” (QS. 41 : 49).
“Dan jika Kami
rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu
Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima
kasih” (QS 11 : 9).
Jadi jika Anda memahami dan meyakini betul hakekat
kehidupan ini Insya Allah tidak akan mudah putus asa dan selalubersemangat
menjalani kehidupan.
B.
Jenis-jenis
keputus asaan
Ada dua jenis keputusasaan, yaitu :
1.
Pertama,
muncul ketika berhadapan dengan kesulitan atau rintangan. Yang demikian itu
tidak terdapat pada diri orang beriman. Ia harus selalu ingat bahwa Allah
menjanjikan pertolongan kepada orang-orang beriman. Al-Qur`an menyatakan bahwa
cukuplah hanya Allah bagi orang-orang beriman dan Dia menguatkan orang-orang
beriman dengan bantuan-Nya.
2.
Kedua,
merupakan jenis keputusasaan yang lebih berbahaya, yaitu berputusasaan dari
pengampunan Allah setelah berbuat salah atau dosa. Keputusasaan ini lebih berbahaya
karena akan mengarah pada pikiran bahwa Allah tidak akan memaafkan dosa
seseorang dan ia akan masuk neraka. Pikiran ini bertentangan dengan apa yang
kita pelajari dalam Al-Qur`an. Sesungguhnya, Allah mengampuni dosa orang-orang
yang menyesali perbuatannya. Tidak pernah ada kata “terlambat” dalam mencari
pengampunan-Nya. Allah menegur hamba-hambanya dalam Q.S. Az-zumar: 53 yang
berbunyi :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ
أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ
اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya,
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (az-Zumar: 53)
Menata hati untuk bisa menerima apa yang tengah kita
hadapi, akan lebih berarti daripada berlarut-larut dalam kesedihan yang bisa
membuat jatuh dalam keputusasaan. Apabila seseorang telah jatuh dalam
keputusasaan, pikiran menjadi kosong, hidup terasa hampa dan tak berguna lagi.
Hal ini memudahkan setan menjerumuskan dalam tindakan yang sangat fatal dan
berbahaya. Fatal dunia dan akhirat.
Dengan menerima secara legowo dan senantiasa berpikir
positif akan membuka pikiran mencari solusi, mengurai berbagai masalah atau
cobaan. Karena sesungguhnya berputus asa tak mendatangkan manfaat apa pun
kecuali tumpukan kerugian demi kerugian.
Bagaimana mengatasi keputusasaan yang telanjur datang?
Ingatlah selalu Allah tidak akan menimpakan cobaan di luar kesanggupan
hamba-hamba-Nya. Apa yang kita terima, mungkin terasa berat di awalnya, namun
kita tak tahu hikmah apa yang terkandung di dalamnya, yang mungkin justru akan
menjadi 'penyelamat' kita dikemudian hari. Jadi, optimislah, karena Allah
selalu beserta kita.
Rasulullah SAW juga telah memperingatkan kita agar tidak
berputus asa, karena dengan berputus asa, seseorang justru akan menyiksa diri
sendiri. Lihatlah kasus orangtua yang membunuh anaknya karena mereka miskin,
itu adalah salah satu contoh orang yang berputus asa dari rahmat Allah.
Seandainya mereka mau berusaha, Insya Allah, Allah akan membukakan pintu
rezekinya untuk mereka. Namun jika mereka hanya berputus asa bahkan sampai
membunuh anaknya, saya yakin justru mereka akan menderita, selain mendapat
dosa, batin mereka akan tersiksa. Allah berfitman dalam surat Yusuf : 86 yang
berbunyi :
"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan
kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada
mengetahuinya."
C. Ciri Ciri Perilaku Putus Asa
Orang yang berputus asa itu biasanya mengalami ciri ciri
berikut
-
Berburuk
sangka kepada Allah
-
Menolak
kebenaran, malas beribadah dan berdoa
-
Menghalalkan
segala cara dalam mencapai tujuannya
-
Malas
berbuat erbuat baik
Dalam realita lain, tatkala sebuah penyakit sedang
mendera, penderita hanya pasrah total terhadap penyakit tersebut. Seharian
dihabiskan dalam tangisan semata, tanpa usaha dan upaya. Seolah-olah harapan
sudah tertutup rapat.
Atau bisa saja dalam kehidupan rumah orang tua merasa
capek, manakala melihat sang buah hatinya berulah, bandel dan nakal.
Banyak petuah telah diupayakan agar sang anak menyadari
pentingnya berbuat santun. Tapi apa dikata, ternyata sang anak justru melawan
menentang. Dia tetap bandel, nakal dan urakan. Menghadapi kenyataan ini,
terpaksa sebagai orang tua hanya mengelus dada, bersabar. Allah berfirman :
“Hai
anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir“
(QS. Yusuf: 87)
Itu sebagian potret sikap keterputus-asaan, yang
terkadang menyelinap hinggap pada seseorang. Semua rasa pesimis tersebut harus
dipupus. Karena, Allah pasti memberikan pertolongan dan jalan keluar bagi yang
mau berusaha.
D.
Sebab-sebab
yang dapat menimbulkan keputusasaan adalah:
1.
Mengingat-ingat
musibah sampai tidak bisa melupakannya serta dan membayangkannya sampai tidak
mampu menjauhkannya. Karena dengan mengingat-ngingat musibah tersebut, maka dia
tidak akan menemukan penghiburnya, dan dengan membayang-bayangkannya, maka dia
tidak akan mampu bersabar.
Umar bin Khaththab RA pernah mengatakan, “Janganlah kamu
mencucurkan air mata karena mengingatnya.”
2.
Penyesalan
dan berduka cita yang berlebihan sehingga dia tidak mampu mengambil pelajaran
dari musibah yang dideritanya dan tidak mampu mengganti sesuatu yang telah
hilang. Dengan adanya penyesalan tersebut, maka penderitaannya akan semakin
bertambah, dan dengan duka citanya tersebut akan menambah keputusasaannya.
Allah SWT berfirman, “(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al Hadid: 23).
Sebuah syair juga pernah mengatakan, “Jika kamu mendapat
musibah, maka berpegang teguhlah kepada Allah dan meminta keridhaan-Nya. Karena
Dzat yang dapat menghilangkan musibah tersebut hanyalah Allah. Jika Allah telah
menetapkan ketentuannya, maka tunduklah kepada kekuasaan-Nya. Karena tidak akan
ada seorang manusiapun yang dapat mensiasati apa yang telah ditentukan oleh
Allah. Keputusasaan itu akan memutuskan harapan pelakunya, maka janganlah kamu
berputus asa, karena Allah-lah Dzat yang telah menciptakannya.
3.
Banyak
mengeluh dan tidak sabar. Sebagaimana hal ini telah disinyalir oleh Allah SWT
dalam firman-Nya, “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (Al Ma’arij:
Yakni sabar yang tidak disertai dengan keluhan dan kesedihan yang mendalam.
Anas bin Malik telah meriwayatkan bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Tidak
dianggap sabar orang yang mendalam
kesedihannya.”
Ka'ab Al Ahbar telah menceritakan bahwa dalam kitab
Taurat tertulis, “Barang siapa yang ditimpa musibah, lalu mengadukannya kepada
manusia, maka sama dengan mengeluh kepada Tuhannya.”
E.
Dampak
Negatif Putus Asa
Putus asa
termasuk akhlak mazmumah, maka dampaknya amat negatif bagi diri sendiri dan keluarga. Adapaun
dampak negatif putus asa antara lain.
•
Merugikan
diri sendiri karena membuang waktu,
energy dan potensi yang dimiliki.
•
Susah
untuk mencapai kemajuan karena tidakberani berbuat, khawatir menanggung
kegagalan lagi
Orang putus asa berarti kehilangan gairah dan semangat untuk mencapai
sesuatu yang semula di harapkan.Putus asa biasanya diikuti dengan sikap masa
bodoh, tidak mau lagi berusaha.
Islam mendidik umatnya agar tidak putus asa dari rahmat allah. Sebagaimana
firman allah sebaga berikut.
وَلاَتَيْئَسُوا مِن رَّوْحِ اللهِ إِنَّهُ لاَيَيْئَسُ مِن
رَّوْحِ اللهِ إِلاَّ الْقُوْمُ الْكَافِرُونَ
"Dan janganlah kamu beputus asa dari rahmat allah. Sesungguhnya yang
berputus asa dari rahmat allah, hanyalah orang-orang kafir" (QS. Yusuf
12:87)
Putus asa adalah termasuk akhlak yang sangat tercela,
dampaknya amat negatif baik bagi diri sendiri juga bagi keluarga. Adapun dampak
dari putus asa lainnya diantaranya :
1)
Dapat
merugikan diri sendiri dikarenakan terjadinya :
a.
Depresi
Putus asa seringkali menjadi penyebab depresi yang
mendalam sehingga apa yang mereka alami tidak ada kemauan lagi untuk bangkit,
di karenakan seolah-olah merasa tidak mampu lagi menghadapi masalah yang
dihadapinya, baik dirinya sendiri juga pada keluarganya sehingga dapat
mempengaruhi psikologis atau kejiwaannya.
b.
Stres
Putus asa juga dapat mengakibatkan seseorang stres akibat
depresi yang berkepanjangan, ini dikarenakan gangguan syaraf pada otak terlalu
banyak berfikir dari apa yang mereka hadapi, terutama kegagalan-kegagalan yang
dihadapi sehingga tidak mampu lagi untuk berfikir secara logis
c.
Gila
Putus asa bukan hanya seseorang depresi, dan stres akan
tetapi lebih parah lagi bisa menyebabkan seseorang menjadi gila, karena putus
asa yang sudah mendarah daging dalam hati dan pikiran sehingga dapat
mengakibatkan seseorang tidak mampu lagi mengimbangi hati dan pikirannya dengan
hati yang tawadhu dan fikiran yang jernih dari persoalan yang mereka hadapi
akhirnya menjadi gila.
d.
Bunuh
diri
Salah satu dampak yang paling buruk akibat dari putus asa
adalah mengahiri hidup, karena tidak mampu lagi melanjutkan hidupnya akibat
dari rumitnya persoalan yang dihadapi. Dan kecendrungan bunuh diri sangat kuat
apabila seseorang mengalami putus asa yang sangat mendalam dikarenakan adanya
rasa kecewa yang amat mendalam dalam dirinya.
2)
Susah
untuk mencapai kemajuan
Orang yang
putus asa maka dia akan menghadapi hidup yang susah, dikarenakan tidak mau
bangkit lagi atas keterpurukan yang dihadapi. Maka untuk bisa bangkit kembali,
jalan yang harus ditempuh adalah :
a.
Jangan
buruk sangka pada Allah
Semua manusia di dunia tidak ada yang tidak punya
persoalan, namun persoalan yang dihadapi berpariasi, dan harus disadari bahwa
semua itu adalah salah satu cobaan dari Allah Swt.yang diberikan
Kepada hambanya, apakah cobaan tersebut mampu dihadapi
dengan sikap sabar. Yakinlah bahwa sebuah kegagalan ada hikmah yang
disembunyikan oleh Allah, dan mungkin saja ada yang lebih indah dan baik yang
akan diberikan oleh Allah.
b.
Perbanyak
Ibadah dan berdo'a
c.
Disaat
kita menghadapi persoalan hidup yang berat, maka mungkin suatu teguran dari
Allah, karena disaat diberikan rezki, tidak mengingat lagi yang memberinya,
lupa segalanya tanpa mensyukuri nikmat yang di rasakan. Oleh karena itu setiap
apa yang ingin kita raih atau harapan dan impian yang ingin diraih, maka
hendaklah dengan niat lillahi ta'ala, manusia cuma berusaha adapun hasil dari
usaha itu adalah urusan Allah. Dan Allah tidak akan menguji hambanya yang
melampaui kemampuan hambanya.
Dengan demikian putus asa bukanlah jalan terakhir manusia
dalam menjalani hidup, cobaan, rintangan dan persoalan hidup yang menghadang
adalah merupakan sebuah tantangan yang manusia harus menjalaninya dengan penuh
kesabaran. Karena Allah Swt telah berfitman dalam surah Yusuf ayat 87 :
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ
اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ
الْكَافِرُونَ
"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah,
yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafir"(Q.S.Yusuf
: 87)
F.
Contoh
Orang yang berputus Asa
1)
Ketika
seseorang melakukan sesuatu lalu digagal, setelah gagal dia tdak mau berusaha
lagi.
2)
Seorang
siswa membuat kue, ttapi ternyata kuenya tdak enak dan dia tdak putus asa dan
tdak mau brusaha mngulanginya lagi
3)
saat
kita melamar kerja tapi kita tidak pernah diterima dalam pekerjaan itu kemudian
kita bertekad untuk melakukan bunuh diri karena kita merasa lelah.
G.
Untuk
Menangani penyakit putus asa|
1)
Memantapkan
Keimanan Terhadap Qadha Dan Qadar
Ini merupakan
faktor penting untuk bisa menenangkan hati kaum Mukminin. Bahwa apa yang
dikehendaki Allah pasti terjadi. Sebaliknya, apabila Allah tidak menghendaki,
pasti tidak akan terjadi. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Tiada satu pun
bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan
telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu)
supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya
kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikannya kepadamu.
Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.[QS. Al-Hadid
:22-23] Rasulullah Shallallahu wa sallam bersabda.
Allah telah
menuliskan takdir makhluk-makhluk sebelum penciptaan langit dan bumi selama
lima puluh ribu tahun. [HR Muslim, 4797 dan at Tirmidzi, 2157]
|
2)
Berbaik
Sangka Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Inilah salah
satu kewajiban seorang muslim kepada Allah. Berbaik sangka akan membuka pintu
harapan, dan dapat mengenyahkan bisikan putus asa.
Ingatlah,
sikap berburuk sangka bertentangan dengan tauhid, keimanan kepada Allah dan
ilmu serta hikmahnya. Allah mengingkari orang-orang yang berburuk sangka kepadanya.
Allah berfirman :
…… mereka
menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. . [Ali
Imran : 154]
3)
Memanjatkan
Doa
Seberat apapun
masalah yang sedang menimpa, seorang hamba tidak sepantasnya berputus harapan
dari rahmat Allah. Semua permasalahan yang menghimpitnya harus dikembalikan
kepada Allah.
Kita wajib
bersimpuh memanjatkan doa, berupaya sekuat-kuatnya dan bersabar. Dengan
harapan, Allah akan melenyapkan kesusahan ataupun cobaan yang sedang menimpa.
Dalam perang
Badr, perang pertama dalam Islam; tatkala melihat sedikitnya jumlah pasukan
kaum Muslimin dan minimnya persiapan mereka, sementara musuh mempunyai kekuatan
lebih besar, maka Rasulullah berdiri memanjatkan doa.
Cukup lama
Rasulullah berdoa, sampai-sampai pakaian bagian atas beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam jatuh dari pundaknya.
Abu Bakar ash
Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu merasa kasihan dan menghibur beliau dengan berkata:
“Allah tidak akan menyia-nyiakanmu sedikit pun, wahai Rasulullah,” dan kemudian
datanglah bantuan dan kemenangan dari Allah lewat firmannya :
(Ingatlah),
ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb-mu, lalu diperkenankannya bagimu:
“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut“. [QS. Al-Anfal :9]
Ketika seorang
hamba berdoa kepada Allah, memohon agar permasalahan yang menghimpitnya
selesai, pada dasarnya ia telah membuktikan tauhidnya. Dan tauhid yang benar
akan menyelamatkan dari jeratan fitnah serta ujian.
Jika menelaah
perjalanan hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat serta
generasi Salaf, kita akan mengetahui betapa mereka sangat bertumpu dengan
memanfaatkan kekuatan doa.
Betapa
mengagumkan, dan sekaligus membuka tabir, bahwa diri kita kurang menekuni
ibadah yang satu ini. Betapa banyak masalah, yang bisa telah terselesaikan berkat
doa kepada Allah Ta’ala?
Tentunya, doa
ini harus dibarengi juga dengan upaya memperbaiki diri. Sebab, bisa jadi,
kegagalan atau musibah yang menimpa seorang hamba, lantaran kurangnya ia dalam
memperhatikan aturan Allah.
|
4.
Meneguhkan
Tawakkal Kepada Allah Subahnahu Wa Ta’ala
Kekuatan yang
hakiki adalah kekuatan hati dan kemampuan untuk bertahan diri. Menurut Ibnul
Qayyim rahimahullah, sesungguhnya tawakkal termasuk salah satu faktor yang kuat
dalam membantu mewujudkan cita-cita (keinginan) dan menepis perkara yang tidak
disukai.
Ia merupakan
motivasi yang paling kuat. Hakikat tawakkal, ialah ketergantungan hati hanya
kepada Allah semata. Usaha yang dilakukan tidak memiliki pengaruh, jika hati
kosong dari penyerahan diri kepada Allah dan bahkan cenderung kepada selainnya.
Sebagaimana
tidak bermanfaat perkataan orang “aku bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, tetapi, ternyata dirinya sangat tergantung, pasrah dan percaya kepada selainnya.
Tawakkal pada mulut memiliki makna sendiri, dan tawakkalnya hati mempunyai
makna yang lain.
Oleh karena
itu, al Hasan Bashri mengatakan :
“Sesungguhnya,
tawakkal seorang hamba kepada Rabb-nya adalah, ia meyakini bahwa Allah itu
menjadi sumber kepercayaan dirinya”
Dalam
kesempatan lain, beliau menyatakan, Allah menjamin rezeki bagi hamba yang menyembahnya,
dan kemenangan bagi orang yang bertawakkal dan memohon pertolongan kepadanya,
serta kecukupan bagi orang yang menjadikan Allah sebagai pusat dan tujuan
utama.
Orang yang
cerdas lagi pintar, ia akan memikirkan perintah Allah, pelaksanaannya dan
taufik darinya, bukan menunggu-nunggu jaminan darinya. Sesungguhnya Allah
menepati janji lagi jujur. Siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah?
4)
Memiliki
Tekad Yang Tinggi
Seorang hamba
akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan kadar tekad dan semangatnya. Orang yang
benar-benar ingin menggapai satu tujuan, pasti akan mengoptimalkan segala daya
upaya dalam mewujudkannya.
Segala yang
berpotensi menghalangi pencapaiannya, akan disingkirkan, demi mempercepat dan
melempangkan jalan menuju tangga kesuksesan yang selama ini diidamkannya.
Detik-detik waktunya selalu disibukkan dengan hal tersebut.
Mencari-cari
kesempatan dan sarana yang bisa membantu pencapaian keberhasilannya. Pikiran
dan kata hatinya juga larut dengannya. Karena ia mengetahui, “keberhasilan
sesuai dengan kepenatan yang dilalui”.
5)
Sabar
Dan Bersikap Tenang
Kita mesti
ingat, semua masalah menuntut kesabaran dan kebesaran jiwa. Yakinkah, bahwa
perkara-perkara yang menyulitkan hanya “takluk” dengan kesabaran. Demikian juga
dengan ketenangan, ia sangat berperan membantu seseorang saat melewati
kesulitan yang menghadangnya. Kesabaran ini tiada batas. Ia dibutuhkan sampai
ajal tiba.
Kita harus
memahami, bahwa ketentuan takdir pasti datang. Karena seorang hamba, ia tidak
lepas dari dua kondisi. Yaitu yang menggembirakan dan keadaan yang sangat tidak
disukainya.
Misal kondisi
pertama, ia dikaruniai kesehatan, harta, kedudukan, berbagai kenikmatan
lainnya. Dalam kondisi yang menggemberikan ini, ia pun diharuskan bersabar.
Yakni :
Tidak tertipu
dengannya, dan jangan sampai kegembiraan yang diarihnya menyeretnya berbuat
takabur, jahat dan sebagainya.
Tidak terlalu
larut atau lupa diri dalam mencapainya, karena akan membahayakannya. Orang yang
ghuluw, hakikatnya mendekatkan diri dengan perilaku negatif. Jika mendapat
kegembiraan, ia bersabar dalam melaksanakan hak Allah dan tidak melalaikannya.
Menahan diri
tidak memanfaatkan kenikmatan yang telah diraihnya untuk perkara yang
diharamkan
Sebagian ulama
Salaf mengatakan :
“Ujian musibah
dapat dilewati oleh orang mukmin dan orang kafir. Namun ujian dengan
kenikmatan, tidak ada yang mampu bersabar dengannya, kecuali orang-orang yang
jujur keimanannnya“
Adapun dalam
kondisi kedua, yaitu keadaan yang tidak disukainya. Ini terbagi menjadi dua
macam. Yakni yang berkaitan dengan kehendaknya, seperti mengerjakan ketaatan
ataupun maksiat. Dan jenis kedua, yaitu tidak berhubungan dengan kehendaknya,
misalnya datangnya musibah.
Oleh karenanya,
Allah memerintahkan untuk mencari bantuan melalui kesabaran. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman :
Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu‘. [QS. Al-Baqarah :45]
Penyebutan
sabar dalam Al-Qur`an tidak kurang dari tujuh puluh kali, dan seluruh nya dalam
bentuk pujian. Di antaranya, menghubungkan kesuksesan dengan kesabaran (QS. Ali
Imran ayat 200), menghubungkan kepemimpinan dalam agama dengan kesabaran dan keyakinan
[QS. Sajdah ayat 23].
6)
Menumbuhkan
Sifat Optimisme Dan Berpikir Positif
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai sikap tafa-ul (optimis) dan
membenci tasya-um (pesimis). Dalam Shahih al Bukhari, dari Anas Radhiyallahu
‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Tidak ada
penyakit yang menular sendiri, dan tidak ada kesialan. Optimisme (yaitu)
kata-kata yang baik membuatku kagum.
Al Hulaimi
rahimahullah mengatakan:
“Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam suka dengan optimisme, karena pesimis merupakan
cermin persangkaan buruk kepada Allah tanpa alasan yang jelas.
Optimisme
diperintahkan dan merupakan wujud persangkaan yang baik. Seorang mukmin
diperintahkan untuk berprasangka baik kepada Allah dalam setiap kondisi”
Sesungguhnya,
kehancuran semangat merupakan kerugian yang tidak bisa diukur dengan materi.
Berpikir positif dan semangat untuk berkompetisi harus selalu menyala dalam
kalbu setiap muslim, jangan sampai pudar.
Demikian juga,
hendaknya kita melihat limpahan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak
pernah putus. Terutama nikmat iman dan Islam. Kalaupun Allah Subhanahu wa
Ta’ala menunda kenikmatan yang lain, bila kita mau jujur, kenikmatan yang sudah
kita terima darinya masih jauh lebih banyak.
Jika ada satu
masa yang menghimpit, maka lihatlah, sudah berapa lama kita berada dalam
keadaan bugar, leluasa tanpa masalah yang berarti?
Renungkanlah!
7)
Menelaah
Biografi Salaful Ummah
Yang dimaksud
dengan Salaful Ummah, yaitu para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik.
Generasi
pertama, para pembela Islam dan pemikul risalah kepada generasi berikutnya.
Mereka adalah manusia yang paling kuat keimanannya, paling bersih hatinya,
paling tinggi tingkat tawakkalnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika menyelami
kisah hidup mereka yang penuh cahaya, kita akan berkesimpulan, bahwa perjalanan
hidup mereka tidak selalu mulus, penuh ujian dan pengorbanan disertai ketabahan
yang tinggi saat kalah oleh musuh dalam membela kebenaran.
Menelaah peri
hidup mereka, akan mampu menambah keimanan, mencerahkan hati. Juga akan
mengantarkan kepada pemahaman, jika kehidupan itu tidak steril dari onak dan
duri. Jalan kehidupan tidak selalu berhiaskan mawar yang semerbak mewangi,
tetapi ada saja halangan dan ujian menghadang, ataupun mungkin berujung pada
kegagalan.
Secara umum,
Allah menegaskan manfaat kisah-kisah para nabi dan rasul sebelumnya yang mampu
juga meneguhkan hati dan memberikan secercah harapan. Renungkanlah firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala :
Dan semua
kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu
kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. [QS.
Hud :120]
Perenungan ini
akan memacu semangat baru dalam mengarungi kehidupan yang terjal. Sebab
ternyata ia tidak sendirian mengalami kepahitan, bahkan orang-orang terbaik
yang pernah berjalan di muka bumi ini, semua pernah merasakan kepahitan.
8) Membekali Diri Dengan Ilmu Agama
Orang yang berilmu itu lebih dahsyat dirasakan beratnya
oleh setan daripada ahli ibadah yang yang tak berilmu. Tipu daya setan lemah di
hadapan orang yang berilmu. Muadz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu mengatakana,
“Ia (ilmu) adalah teman dalam keadaan bahagia dan
kesusahan, serta senjata di hadapan musuh“
BAB
III
PENUTUPAN
A.
KESIPULAN
Makalah kami
di atas menerangkan tidak berputus asa
di segala pekerjaan di niatkan di dalam hati yang ikhlas atau berdoa kamu dan
kamu cari dimuka bumi ini dengan ikhlas jangan berputus asa. “Berdoalah kamu
kepada Allah dalam keadaan kamu yakin dimakbulkan dan kamu ketahuilah bahawa
Allah tidak akan memakbulkan doa dari hati yang lalai serta bermain-main
(dengan apa yang dipohon atau sibuk dengan urusan selain Allah Ta‘ala).”(Hadits
riwayat at-Tirmidzi) Dalam hal ini Ibrahim as sebagai Nabi dan Rasul Allah,
pasti mengetahui benar tentang banyaknya yang ada pada sisi Allah, karena itu
beliau yakin akan kebenaran yang disampaikan malaikat itu.
Post a Comment for " MAKALAH : Putus Asa Beseta Dahlil Qur'an | Materi Tugas Tugas"