Materi : Budidaya Semangka (Lengkap)
Semangka adalah buah dari tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah gurun di Afrika bagian selatan. Pada kesempatan kali ini saya akan membuat pembahasan mengenai Materi Budidaya Semangka. Bagi kamu yang sedang mencari pembahasan mengenai Budidaya Semangka, Artikel ini bisa menjadi refrensi kamu untuk pembelajaran. Semoga materi ini dapat bermanfaat untuk para pembaca semua, nateri ini saya ambil dari beberapa referensi buku dan pelaku yang membudidayakan semangka di beberapa tempat. Simak materinya dibawah ini.

PERSIAPAN BUDIDAYA
A. Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan merupakan langkah awal budi daya tanaman semangka. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu, sisa-sisa tanaman sela, ataupun tanaman palawija musim tanam sebelumnya. Tanaman keras yang tumbuh di lahan penanaman semangka sebaiknya ditebang atau dipangkas dahan dan rantingnya. Sisa-sisa batang pohon tanaman keras juga disingkirkan karena dapat mendatangkan rayap.
Hindari penggunaan lahan bekas panen tanaman Solanaceaum seperti cabai atau tomat. Hal ini untuk mencegah serangan cendawan fusarium dan bakteri pseudomonas. Kedua jenis penyakit ini mampu bertahan di dalam tanah hingga dua tahun, sehingga dapat menyerang tanaman semangka.
B. Pencangkulan dan Pembersihan Lahan
Lahan dicangkul agar strukturnya menjadi gembur. Pencangkulan dilakukan hingga kedalaman sekitar 30 cm. Pada saat mencangkul tanah di bolak-balik hingga pada bagian bawah berada di permukaan atas dan terkena sinar matahari. Bersihkan dan buang gulma, tanaman pengganggu, serta batu-batu yang ada di areal penanaman. Hindari penimbunan gulma di areal penanaman dengan tujuan untuk dijadikan kompos karena dapat mendatangkan penyakit. Selesai dicangkul, lahan dibiarkan sekitar satu minggu. Setelah itu pembuatan bedengan bisa dilakukan.
C. Pembuatan Bedengan dan Pengapuran
Bedengan dibuat untuk memaksimalkan hasil panen dan mengurangi serangan hama serta penyakit terutama penularan penyakit antar tanaman. Bedengan dibuat dengan terlebih dahulu menggemburkan tanah hasil pencangkulan, kemudian dibentuk menjadi bedengan.
Bedengan bisa dibuat dengan lebar 120 cm dan panjang sesuai ketersediaan lahan yang ada atau maksimum sekitar 12 meter. Tinggi ideal bedengan 40 cm. Pada musim hujan, tinggi bedengan bisa dinaikkan hingga 60 cm. Jarak ideal antar bedengan 60 cm. Bedengan sebaiknya dibuat sejajar dengan arah sinar matahari, yaitu memanjang dari arah timur ke barat.
Pengapuran dapat dilakukan saat membuat bedengan. Kapur yang digunakan sebaiknya kapur pertanian (dolomit). Pengapuran saat membuat bedengan dilakukan dengan cara menyebar kapur di permukaan bedengan, kemudian bedengan dicangkul kembali hingga kapur tercampur merata dengan media tanam. Dosis rata-rata kapur yang diberikan untuk lahan pertanian di Pulau Jawa adalah 1,5 ton per hektar. Dosis pengapuran yang tepat bisa dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Kebutuhan dolomit pada berbagai tingkat pH

D. Pemupukan Awal
Pemupukan awal dilakukan sebelum bibit semangka ditanam di bedengan. Hal ini dilakukan karena pada awal pertumbuhannya, tanaman semangka membutuhkan unsur hara lengkap. Pupuk awal yang diberikan berupa pupuk kandang dari kotoran ternak dan pupuk buatan atau pupuk kimia berupa NPK, atau campuran antara urea, ZA, TSP, dan KCI.
Pemupukan menggunakan pupuk kandang sebaiknya dilakukan dua minggu sebelum penanaman. Pupuk yang digunakan bisa berupa kotoran sapi, kerbau, kambing, ataupun kotoran ayam. Perlu diperhatikan bahwa kotoran ternak yang digunakan adalah kotoran ternak yang sudah matang atau sudah jadi. Pupuk kandang yang sudah jadi tidak berbau dan suhunya sekitar 30" C. Sebaliknya, pupuk kandang yang belum jadi masih memiliki bau menyengat dan bersuhu tinggi. Pemakaian pupuk kandang mentah dapat merusak akar tanaman, bahkan dapat membuat bibit tanaman mati.
Budi daya semangka intensif menggunakan ajir (turus) memerlukan pupuk kandang sebanyak 1,5 kg per tanaman, sehingga populasi sekitar 9000 tanaman semangka membutuhkan pupuk kandang sebanyak 13,5 ton. Teknik pemberian pupuk yang ideal untuk penanaman dengan sistem mulsa adalah dengan cara menebarkan pupuk di lahan bedengan secara merata, kemudian tanah bedengan diaduk menggunakan cangkul sampai pupuk tercampur merata. Takaran pupuk mengikuti pola dan jarak tanam yang digunakan. Bila pola penanaman berjajar dua baris dalam satu bedeng dengan jarak dalam baris 90 cm, tiap jarak 90 meter ditebarkan 3 kg pupuk kandang.
Pupuk kimia yang digunakan untuk pemupukan awal tanaman semangka adalah urea, ZA, SP36, KCI, dan borat. Selain itu, bisa juga ditambahkan insektisida atau nematisida seperti Furadan atau Indofuran. Budi daya semangka secara intensif membutuhkan pupuk urea 14 gram, ZA 36 gram, SP36 26 gram, KC 22 gram, borat I gram, dan Furadan atau Indofuran sebanyak 5 gram per tanaman. Untuk populasi sekitar 9000 tanaman per hektar dibutuhkan pupuk urea sebanyak 126 kg, ZA 324 kg, SP-36 234 kg, KCI 198 kg, borat 9 kg dan furadan atau indofuran sebanyak 45 kg.
Pemberian pupuk kimia pada budi daya tanaman semangka menggunakan mulsa dilakukan tepat sebelum pemasangan mulsa. Waktunya satu minggu setelah pemberian pupuk kandang atau satu minggu sebelum penanaman. Pemberian pupuk kimia dilakukan dengan cara ditaburkan di atas permukaan bedengan dengan dosis 200 gram campuran pupuk per 90 cm panjang bedengan. Setelah pupuk ditaburkan, bedengan dicangkul hingga pupuk tercampur rata dengan tanah. Kemudian bedengan disiram dan dipasangi mulsa plastik.
E. Pemasangan Mulsa
Pemasangan mulsa dilakukan untuk meningkatkan hasil dalam budi daya semangka secara intensit. Mulsa yang biasa digunakan dalam penanaman semangka adalah mulsa jerami atau mulsa plastik hitam perak (MPHP).
Salah satu keuntungan dari pemakaian mulsa plastik hitam perak adalah berkurangnya serangan hama dan penyakit. Hal ini karena warna perak yang terdapat pada permukaan atas mulsa dapat memantulkan sinar ultraviolet ke permukaan bawah daun, yang biasanya ditempati oleh berbagai hama seperti aphid, thrips, tungau, ulat, dan cendawan. Berikut ini keuntungan-keuntungan lain dari penggunaan mulsa plastik hitam perak.
- Mengurangi penguapan air dan pupuk oleh sinar matahari sehingga dapat menekan biaya pemupukan dan penyiraman.
- Mencegah erosi tanah bedengan, terutama pada musim hujan.
- Menjaga kelembapan, suhu, dan kegemburan tanah.
- Mengoptimalkan sinar matahari yang berguna untuk proses fotosintesis. Hal ini karena adanya pantulan sinar matahari dari permukaan mulsa yang berwarna perak ke daun.
- Menghambat pertumbuhan gulma. Tanah yang tertutupi mulsa dapat menghambat pertumbuhan gulma. Namun, hal ini tidak berlaku bagi rumput teki dan tanaman pisang, karena kedua tanaman ini masih dapat menembus mulsa.
- Merangsang pertumbuhan akar, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat. Hal ini dapat terjadi karena suhu tanah yang tertutupi mulsa ada dalam kondisi hangat.
- Mencegah hilangnya pupuk karena siraman air hujan.
- Mencegah kelebihan air pada media tanam.
- Mengurangi biaya tenaga kerja penyiraman, pemupukan, dan penyiangan gulma
Pemasangan mulsa plastik hitam perak (MPHP) pada bedengan dilakukan setelah bedengan selesai dipupuk, baik dengan pupuk kandang maupun pupuk kimia.
Pemasangan mulsa plastik sebaiknya dilakukan pada siang hari saat matahari sedang bersinar terik. Tujuannya agar mulsa plastik dapat ditarik dana mengembang secara maksimal sehingga dapat menutup bedengan dengan baik. Pemasangan mulsa plastik pada musim hujan sebaiknya dilakukan lebih cepat dengan lebih banyak tenaga, sehingga ketika hujan turun pemasangan mulsa sudah selesai.
Pekerjaan pemasangan mulsa plastik tidak boleh ditunda-tunda dan harus selesai pada waktunya, aga bibit semangka tidak terlalu tua saat dipindahkan ke bedengan. Alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan mulsa plastik adalah pasak bambu berbentuk huruf U dan pisau atau gunting untuk memotong mulsa.
Berikut ini tahap-tahap pemasangan mulsa plastik.
- Siapkan mulsa plastik sepanjang bedengan dikurangi 0,5-1 meter (mulsa plastik akan memuai saat ditarik dan terkena cahaya matahari).
- Tarik kedua ujung mulsa secara bersamaan dan perlahan-lahan agar mulsa tidak sobek.
- Pasak menggunakan pasak dari bambu.
- Pasang pasak bambu tiap jarak 50 cm. Setelah satu sisi selesai, lanjutkan ke sisi yang lain. Lakukan sambil menarik mulsa secara perlahan-lahan hingga mulsa menutup bedengan dengan rapat.
- Lubangi mulsa. Jarak tanam yang biasa digunakan adalah 90 x 60 cm. Sebelum dilubangi mulsa dapat ditandai menggunakan spidol, baik dalam bentuk bundar, segi empat, atau pun segi tiga.
Alat-alat yang dapat digunakan untuk melubangi mulsa plastik adalah.
• Silet atau Cutter
Melubangi mulsa menggunakan silet atau cutter dilakukan dengan cara mengiris bagian mulsa yang sudah ditandai. Melubangi mulsa dengan cara ini mudah dilakukan tetapi membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak.
• Bekas Kaleng Susu
Kaleng susu yang digunakan adalah kaleng susu berukuran kecil berdiameter sekitar 10 cm. Pembuatannya dilakukan dengan menggunting salah satu ujungnya membentuk gerigi. Cara menggunakannya adalah ditancapkan pada mulsa sambil ditekan dan diputar hingga tanahnya ikut terangkat dan membentuk lubang tanam. Kelebihan dari cara ini adalah dapat sekaligus membentuk lubang tanam di bedengan.
• Pelat Pemanas
Pelat pemanas untuk melubangi mulsa plastik dapat dibuat sendiri menggunakan lembaran seng yang dibentuk seperti tabung dengan tinggi sekitar 20 cm dan diameter sekitar 10 cm. Pada sisi-sisi tabung diberi pegangan dan beberapa lubang sebagai tempat keluar abu. Seng dapat juga digantikan dengan kaleng susu bekas. Cara menggunakan alat ini, mula-mula masukkan arang yang membara atau parafin yang dibakar ke dalam tabung. Setelah itu, tempelkan ke bagian mulsa yang sudah ditandai.
Mulsa Jerami Padi
Selain menggunakan mulsa plastik hitam perak, budi daya semangka juga dapat menggunakan mulsa yang terbuat dari jerami padi. Tujuan utama pemakaian mulsa jerami padi adalah untuk menekan biaya produksi.
Pemakaian mulsa jerami padi pada budi daya semangka dapat dilakukan setelah pemupukan awal. Caranya, jerami padi disusun berjajar dengan arah melintang hingga menutupi seluruh bedengan secara merata. Ketebalan mulsa jerami padi sekitar 2 cm Kelemahan mulsa jerami padi adalah daya tahannya yang rendah. Setiap satu bulan sekali mulsa harus ditambahi jerami.
PEMBIBITAN
A. Menghasilkan Bibit Semangka
Bibit semangka dapat diperoleh melalui dua cara. Cara pertama adalah dengan menyemaikan benih yang dibeli dari toko-toko pertanian, sedangkan cara kedua adalah dengan menyemaikan benih buatan sendiri. Benih buatan sendiri sebaiknya berasal dari tanaman semangka yang bersifat open polineted, agar buah yang dihasilkan Sifatnya tetap sama dengan indukannya. Benih semangka hibrida harus dibeli, karena hanya turunan pertama (F1) yang bisa ditanam, sedangkan turunan berikutnya sudah berubah sifat. Pembibitan semangka dapat dilakukan sekitar 25 hari sebelum penanaman di lahan. Tahapan pembibitan semangka, baik dari benih hasil membeli maupun benih sendiri sebagai berikut
a. Mempersiapkan Media Tanam
Pembibitan semangka dapat dilakukan di dalam polibag ataupun plastik bening dengan diameter 4-5 cm. Media tanam yang digunakan sebaiknya gembur dan subur. Media tanam dapat berupa campuran tanah gembur atau humus dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Untuk melengkapi unsur hara, NPK sebanyak satu sendok makan dapat ditambahkan ke dalam 20 liter campuran media tanam. Media tanam yang sudah siap sebaiknya diayak terlebih dahulu menggunakan ayakan halus untuk menghilangkan kotoran.
Serangan hama dan penyakit pada bibit semangka bisa dicegah dengan pemberian furadan, insektisida, ataupun nematisida di media tanam yang diberikan sesuai dengan dosis pada kemasan. Cara lain untuk menghindari serangan hama dan penyakit adalah sterilisasi media tanam dengan cara disangrai.
Setelah siap, masukkan media tanam ke dalam polibag atau plastik bening sampai 2/8 bagian. Polibag ataupun plastik bening yang sudah terisi media tanam kemudian disusun dalam bedengan semai yang atasnya diberi naungan atau disusun di rak yang terbuat dari bambu, dengan lebar sekitar 100 cm dan tinggi sekitar 50 cm. Panjang rak bambu disesuaikan dengan tempat yang ada. Bagian atas rak bambu diberi rangka melengkung dari bambu yang dipasangi plastik bening, agar bibit terlindung dari sinar matahari langsung dan hujan. Bedengan atau rak bisa ditutup menggunakan plastik transparan yang ditopang rangka dari bambu.
b. Pembenihan
Biji semangka memiliki kulit yang keras sehingga sulit berkecambah. Untuk merangsang pertumbuhannya, biji semangka harus "dibangunkan" dari masa dormansinya. Caranya dengan merendam biji semangka ke dalam air hangat bersuhu sekitar 40° Csejak pagi hingga sore hari. Setelah direndam, biji ditiriskan dan dibungkus mengguna-kan kain basah selama semalam. Keesokan paginya biasanya kulit biji semangka sudah retak dan biji mudah berkecambah. Perlakuan ini membuat pertumbuhan semangka menjadi seragam. Perendaman biji semangka Juga menjadi cara sortasi terhadap biji yang jelek. Biji yang mengambang sebaiknya dibuang, karena termasuk biji yang jelek.
Serangan hama dan penyakit bisa dihindari dengan menambahkan fungisida dan ZPT pada air yang digunakan untuk merendam. Misalnya menggunakan fungisida Benlete dan ZPT Atonik. Dosis yang diguna kan sekitar 5 gram Benlete per satu liter air dan satu cc Atonik per satu liter air.
c. Penanam Benih
Sebelum benih semangka dimasukkan ke dalam polibag atau plastik bening terlebih dahulu dibuat ubang tanam menggunakan kayu atau bambu bulat dengan diameter dan kedalaman sekitar 0,5 cm.
Setelah itu, benih semangka ditanam lalu ditutupi dengan pupuk kandang halus. Untuk menghindari hama dan penyakit serta untuk mempertahankan kelembapan, bedengan pembibitan ditutup rapat menggunakan plastik bening yang diberi rangka bambu berbentuk setengah lingkaran. Ukuran bedengan untuk 16.000 - 17.000 benih semangka memiliki panjang 23-24 meter, lebar 110-125 meter, dan tinggi sekitar 75 cm.
Pada hari ketiga biasanya lembaga biji sudah keluar, kemudian diikuti dengan tumbuhnya daun beserta sulur. Lahan seluas satu hektar, membutuhkan benih semangka sebanyak 650 gram yang akan menghasilkan sekitar 9.000 tanaman.
d. Perawatan Bibit
Bibit semangka yang bagus dan layak ditanam adalah bibit yang sehat, tidak cacat, dan tidak terkena serangan hama dan penyakit. Cirinya antara lain memiliki daun dan batang yang utuh serta tidak terdapat tanda-tanda serangan hama dan penyakit tanaman seperti kutu daun, ulat, ataupun cendawan. 1anaman juga tidak layu atau kering dan daun serta batangnya tidak cacat seperti batang kerdil, daun menggulung, ataupun keriting. Daun bibit semangka yang sehat berwarna hijau segar.
Bibit yang telah disemai memerlukan perawatan rutin. Perawatan yang dilakukan antara lain penyiraman. Penyiraman dilakukan setiap kali media tanam terlihat kering. Penyiraman dapat dilakukan menggunakan gembor yang memiliki lubang air halus, agar kecambah tidak rusak. Setelah tumbuh dua helai daun di atas lembaga biji, kerudung plastik dapat dibuka, sebelum pukul sembilan pagi dan sesudah pukul lima sore agar tanaman terkena sinar matahari langsung.
Agar tanaman tidak stres saat dipindahkan ke lahan, sejak hari ke 15 setelah semai, kerudung plastik sebaiknya dilepaskan, sehingga bibit dapat beradaptasi secara sempurna dengan sinar matahari. Saat berumur 20 hari atau ketika bibit semangka sudah mengeluar kan empat helai daun, bibit sudah siap untuk dipindahkan. Sebelum bibit ditanam, media tanam di lahan sebaiknya disiram terlebih dahulu.
B. Menghasilkan Semangka Tanpa Biji
Menikmati buah semangka yang manis dan menyegarkan tentu akan lebih enak jika tanpa adanya biji yang mengganggu. Buah semangka tanpa biji bisa dibuat sendiri atau didapatkan dengan cara menanam benih semangka tanpa biji.
Semangka tanpa biji disebut juga semangka triploid. Semangka ini dihasilkan dari persilangan antara semangka diploid dan tetraploid. Semangka tanpa biji dibuat dengan bantuan zat mutagen seperti colchicine, giberelin, dan auksin.
Namun, dari ketiga zat tersebut yang paling efektif digunakan adalah colchicine. Zat ini dihasilkan dari umbi Colchicine autumnale, sejenis tanaman hias yang banyak terdapat di daerah tropis. Colchicine bekerja dengan cara menghambat terbentuknya dinding sel yang biasanya terbentuk setelah proses pembelahan. Terhambatnya pembentukan dinding sel membuat isi sel membesar. Zat ini ditemukan secara tidak sengaja ratusan tahun yang lalu ketika zat ini tumpah pada preparat percobaan. Tanaman yang terkena tumpahan zat ini tumbuh menjadi lebih besar dan jumlah kromosomnya mengganda (menjadi tetraploid).
C. Langkah-langkah Membuat Semangka Tanpa Biji
Mula-mula sediakan benih semangka diploid. Benih semangka ini kemudian direndam dalam larutan colchicine selama 24 jam, lalu disemai. Setelah muncul tunas, tetesi dengan colchicine 0,05% sebanyak enam kali dalam empat hari pertama. Perlakuan ini akan menghasilkan semangka tetraploid dengan jumlah kromosom 44. Semangka tetraploid yang dihasilkan kemudian ditanam sebagai indukan seleksi. Buah yang dihasilkan semangka ini kemudian bijinya ditanam kembali dan bunganya diserbuki dengan bunga semangka diploid. Penyerbukannya dilakukan dengan cara menggabungkan sel telur semangka tetrapolid dengan serbuk sari semangka diploid sehingga dihasilkan semangka tanpa biji.
Kegagalan produksi semangka tanpa biji dapat dihindari dengan mengatur waktu penanaman agar tidak terlalu dekat dengan penanaman semangka yang memiliki biji atau melon. Hal ini untuk menghindari terjadinya penyerbukan silang oleh angin atau serangga. Risiko kegagalan juga dapat dihindari dengan menutupi bunga yang telah diserbuki menggunakan kantong plastik.
Gambar 1. Langkah-langkah membuat semangka tanpa biji

Selain dengan teknik penyilangan, semangka tanpa biji juga bisa dihasilkan dengan penyemprotan giberelin. Caranya dengan menyemprotkan giberelin ketika bunga semangka sedang mekar sempurna. Dosis giberelin yang digunakan bisa dilihat pada kemasannya.
PENANAMAN DAN PERAWATAN BIBIT
A. Penanaman
Setelah lahan penanaman dan bibit siap, bibit semangka dapat dipindahkan. Waktu yang tenat untuk memindahkan bibit semangka ke lahan adalah pagi hari sebelum pukul 10 atau sore hari setelah pukul 14.30. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari sinar mata hari terik yang dapat membuat bibit semangka stres.
Serangan penyakit akibat cendawan dan bakteri bisa dicegah dengan merendam bibit ke dalam larutan fungisida dan bakterisida sistemis. Caranya dengan melarutkan satu gram fungisida, seperti Preficur N dan 0,5 gram bakterisida seperti Benlete ke dalam dua liter air. Bibit yang akan ditanam kemudian dicelupkan hingga semua bagian terendanm. Setelah itu diangkat dan ditiriskan, kemudian ditanam.
Lahan penanaman atau bedengan yang akan ditanami bibit sebaiknya diairi terlebih dahulu satu hari sebelumnya. Caranya dengan merendam bedengan dengan air. Perendaman bedengan biasanya dilakukan di areal penanaman yang menggunakan lahan sawah. Perendaman dilakukan dengan mengalirkan air ke parit dan menutup saluran pembuangan hingga bedengan terendam. Perendaman lahan tegalan dilakukan dengan cara menyiram bedengan menggunakan selang di setiap lubang tanam. Pengairan dengan cara ini biasanya dilakukan pada musim kemarau, untuk mencegah media tanam kering.
Penanaman semangka di lahan yang menggunakan mulsa plastik dilakukan di lubang tanam pada mulsa. Bibit semangka dikeluarkan dari polibag dengan cara menyobek polibag. Lakukan dengan hati-hati agar media tanam tidak rusak. Selain dengan cara disobek, pelepasan polibag juga bisa dilakukan dengan cara membalik media beserta tanaman, kemudian polibag ditarik hingga terlepas.
Tanah pada lubang tanam kemudian digali sebesar ukuran media tanam bibit. Kemudian bibit semangka dimasukkan dan media tanam ditimbun dengan tanah hingga sebatas batang di atas akar. Selesai ditanam, usahakan agar batang dan daun semangka tidak menempel di mulsa plastik, karena dapat terbakar dan gosong. Bahkan, bibit semangka dapat mati.
B. Perawatan
Setelah ditanam di lahan, bibit semangka membutuhkan perawatan rutin yang intensif Dengan perawatan intensif diharapkan tanaman semangka dapat menghasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Perawatan yang harus dilakukan adalah penyulaman, pemasangan ajir atau turus, pemangkasan dan pembentukan cabang perempelan bunga dan penjarangan buah, penyiraman, serta pemupukan susulan.
a. Penyulaman
Tidak semua bibit semangka yang ditanam di lahan dapat tumbuh dengan sempurna. Bibit semangka yang tidak sempurna seperti cacat, terkena serangan penyakit, atau bahkan yang mati dalam waktu kurang dari satu bulan sejak ditanam di lahan perlu diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut bibit semangka yang tumbuh tidak sempurna atau mati beserta media tanam di sekitarnya. Setelah itu disulam dengan bibit semangka yang sehat. Proses penyulaman sama dengan proses penanaman bibit pada awal penanaman.
b. Pemasangan Ajir (Turus)
Budi daya semangka secara konvensional (tanpa ajir) membutuhkan jarak antar tanaman yang cukup lebar. Hal ini disebabkan karena batang dan daun semangka tumbuh menjalar dan mendatar sehingga membutuhkan banyak tempat. Jarak penanaman yang lebar menurunkan jumlah populasi tanaman per hektarnya.
Pemakaian ajir membuat pertumbuhan batang semangka ke atas sehingga populasi tanaman bisa ditingkatkan. Pemakaian ajir pada budi daya semangka memudahkan perawatan tanaman dan terbukti mampu meningkatkan produksi secara nyata. Selain menopang tanaman, ajir juga menopang buah semangka yang dihasilkan.
Ajir yang digunakan sebaiknya terbuat dari bambu. Bambu yang digunakan bisa berasal dari jenis bambu betung. Ajir dibuat dengan cara membelah batang bambu menjadi empat bagian dengan panjang sekitar dua meter. Salah satu ujung ajir kemudian diruncingkan, agar mudah ditancapkan. Setelah jadi, ajir ditancapkan di bedengan dekat batang semangka dengan kedalaman sekitar 25 cm. Bagian atas ajir kemudian di satukan hingga membentuk huruf x, lalu diikat menjadi satu, jaraknya sekitar 25 cm dari ujung ajir. Ikatan ajir yang satu dengan yang lain dapat diperkuat dengan cara dihubungkan menggunakan bambu panjang dan tipis. Jika dilihat dari ujung bedengan, turus akan terlihat seperti huruf A. Untuk menyangga buah semangka, antar ajir dapat dibuat para-para dengan ketinggian sekitar 100 cm dari bedengan Pemangkasan dan Pembentukan
c. Cabang
Pemangkasan pada tanaman semangka bertujuan untuk membentuk percabangan dan meningkatkan kualitas buah. Pemangkasan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 10 hari. Pada umur ini biasanya tanaman semangka sudah memiliki sekitar lima ruas batang. Pemangkasan dilakukan dengan memotong ujung tunas tanaman untuk merangsang pertumbuhan cabang di setiap ruasnya. Pemangkasan berikutnya dilakukan pada saat tanaman berumur 35 hari. Pemangkasan ini bertujuan untuk memilih dua cabang utama yang sehat dan akan menghasilkan buah. Cabang lainnya dibuang dengan cara dipangkas, hanya disisakan satu ruas cabang dan satu daun.
Untuk mencegah penularan penyakit pada saat pemangkasan, terutama yang disebabkan oleh cendawan fusarium dan bakteri pseudomonas, cutter atau gunting yang akan digunakan sebaiknya direndam terlebih dahulu dalam larutan fungisida berupa 2 ml Preficur N yang dilarutkan dalam satu liter air. Gunting atau cutter yang digunakan sebaiknya dicelupkan kembali setiap akan digunakan di pohon yang berbeda. Waktu yang tepat untuk melakukan pemangkasan adalah setelah pukul delapan pagi hingga pukul empat sore agar luka bekas pemangkasan dapat lebih cepat kering.
Untuk mencegah serangan jamur di bekas luka pemangkasan, tanaman disemprot menggunakan fungisida Dithane M-45, Antracol, atau Preficur N sesuai dengan dosis anjuran. Pada saat pemangkasan bisa juga dilakukan pengikatan batang dan cabang ke air. Pengikatan dilakukan menggunakan tali plastik dan dilakukan secara berkala seiring dengan pertumbuhan batang dan Cabang tanaman semangka.
d. Perempelan Bunga dan Penjarangan Buah
Perempelan bunga dan penjarangan buah dilakukan untuk mendapatkan buah semangka berkualitas baik dengan ukuran besar dan rasa yang manis. Perempelan dilakukan dengan hanya menyisakan satu atau dua buah semangka dalam satu pohon agar unsur hara yang diserap dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Setelah dipangkas, biasanya bunga segera muncul. Tanaman semangka akan mengeluarkan bunga dari setiap cabang, tetapi bunga yang dapat menjadi buah adalah bunga yang muncul mulai dari cabang ke delapan, sehingga bunga yang dipelihara hanya bunga yang ada di cabang kedelapan dan seterusnya. Bunga yang tidak diinginkan dapat dibuang dengan cara dipotong menggunakan gunting steril yang telah diolesi larutan fungisida. Dosis larutan fungisida yang diberikan sama seperti dosis saat pencelupan bibit semai.
Setelah bunga menjadi buah, lakukan penyortiran terhadap buah yang bentuknya tidak sempurna atau terkena serangan hama dan penyakit. Dalam satu cabang sebaiknya hanya disisakan satu buah. Seleksi terhadap buah dapat dilakukan setelah tanaman berumur 40-50 hari. Buah Semangka yang akan dibesarkan kemudian diletakkan di para-para yang sudah dibuat. Agar kulit buah tetap mulus, sebelum diletakkan di para-para buah diberi alas jerami.
e. Penyiraman
Penyiraman berperan penting untuk pertumbuhan tanaman semangka. Kekurangan air pada tanaman semangka, terutama pada saat penyerbukan dan pembentukan bunga dan buah, dapat mengakibatkan kerontokan bunga dan buah semangka sehingga dapat menggagalkan panen.
Penyiraman perlu dilakukan secara rutin. Semangka yang ditanam di lahan persawahan biasanya dialiri air hingga bedengan terendam. Sementara itu, semangka yang ditanam di lahan tegalan dapat disiram menggunakan ember atau selang. Pada saat musim hujan penyiraman dapat dihentikan. Sebaliknya, usahakan agar air tidak merendam bedengan. Kondisi lahan yang becek atau tergenang dapat mendatangkan berbagai jenis penyakit.
f. Pemupukan Susulan
Pemupukan awal tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman semangka, terutama pada masa pembentukan bunga, buah, dan masa pembesaran buah. Karena itu, perlu dilakukan pemupukan susulan. Pupuk yang diberikan bisa berupa pupuk akar atau pupuk daun yang banyak mengandung unsur hara mikro.
1. Pupuk Akar
Pupuk akar pada pemupukan susulan dapat diberikan dua kali atau tergantung pada kesuburan tanaman. Pemupukan susulan pertama dilakukan saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam (HST) dan pemupukan susulan kedua diberikan pada 45 hari setelah tanam.
Pupuk yang diberikan berupa 2 Kg NPK 15:15:15 dan 1 Kg KNO, yang dilarutkan dalam 200 liter air. Selanjutnya, setiap tanaman disiram dengan dosis sekitar 250 mm. Penyiraman dilakukan menggunakan gayung atau selang yang dimasukkan ke bawah mulsa plastik.
2. Pupuk Daun
Pupuk daun diberikan dengan cara disemprotkan ke daun dan batang tanaman semangka. Pupuk daun berguna untuk menyuplai unsur hara mikro yang tidak dapat diserap akar tanaman dari dalam tanah. Pemberian pupuk daun cukup penting karena kekurangan salah satu unsur hara mikro dapat menyebabkan beberapa unsur hara yang lain tidak dapat diserap dengan baik sehingga dapat menyebabkan penyakit fisiologis pada tanaman. Pupuk daun yang dapat diberikan adalah Gandasil, Growmore, dan Multimicro yang bisa ditambahkan ZPT atonik. Pupuk diberikan sesuai dosis pada kemasan.
Bagian daun yang disemprot adalah seluruh permukaan daun, baik permukaan atas maupun bawah daun. Sesuaikan nozel sehingga air yang keluar terasa lembut. Jaga juga agar air tidak menetes terlalu banyak. Pemberian pupuk, baik pupuk akar maupun pupuk daun sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 8-10 atau pada sore hari ara pukul 2-4. Pemberian pupuk pada kondisi cuaca terik dapat mengakibatkan tanaman mati karena proses penyerapan larutan dan penguapan terjadi dengan tidak seimbang.
Pemberian pupuk sebaiknya tidak dilakukan pada saat cuaca mendung atau akan hujan, karena pupuk yang belum terserap secara sempurna akan larut dan hilang terbawa air hujan. Angin kencang juga dapat menghambat penyemprotan karena pupuk mudah terbang terbawa angin. Selain itu, daun semangka yang berbulu juga dapat menghambat meresapnya larutan. Untuk mengatasinya dapat digunakan zat perata yang dicampurkan ke dalam pupuk. Namun, hindari penggunaan zat perata yang mengandung perekat. Zat perata jenis ini akan membuat larutan semakin sulit diserap oleh tanaman. Contoh zat perata yang dapat digunakan adalah Citowett.
MENGATASI GANGGUAN PADA TANAMAN
Salah satu syarat untuk mendapatkan hasil maksimal di dalam budi daya semangka adalah berhasilnya pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Serangan hama dan penyakit pada tanaman semangka dapat menyebabkan menurunnya hasil panen atau bahkan menggagalkan panen. Pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit tanaman harus dilakukan sedini dan serutin mungkin. Hama dan penyakit pada tanaman bisa dikendalikan secara manual ataupun kimiawi menggunakan pestisida.
A. Hama pada Tanaman Semangka dan Cara Pengendaliannya
a. Kutu Putih
Hama kuti putih (Pseudococcus) berbentuk bulat berwarna kehijauan dan tubuhnya diselimuti oleh lapisan lilin berwarna agak keputihan. Kutu putih menyerang tanaman semangka dengan cara mengisap cairan daun. Kotorannya yang manis dapat mendatangkan semut. Serangan kutu putih dapat membuat daun menjadi keriting dan terlihat merana. Bunga atau buah semangka yang terserang dapat rontok. Kutu putih juga menjadi penyebar penyakit embun jelaga. Untuk memberantas kutu puih harus dilakukan juga pemberantasan semut yang menjadi alat penyebarannya. Pemberantasan dilakukan menggunakan insektisida dan akarisida.
b. Thrips
Serangan thrips (Thrips parvispinus) pada semangka terjadi sejak tanaman masih muda. Gejala serangan ditandai dengan munculnya bercak keperakan di daun semangka. Daun yang terserang menjadi keriting karena cairannya diisap oleh hama ini. Thrips dapat menjadi vektor berbagai virus seperti TMV, PMV, Tobacco Mozaic Virus, dan Potato Mozaic Virus. Perkembangbiakan thrips terjadi secara aseksual (tak kawin), sehingga penyebaran hama ini terjadi dengan sangat cepat. Serangan thrips dapat dihindari dengan membatasi lahan penanaman semangka tidak lebih dari tiga hektar. Pengendalian hama ini dilakukan dengan menyemprotkan insektisida bergantian merek pada tanaman yang terserang.
c. Ulat Daun (Ulat Grayak dan Ulat Jengkal)
Ada beberapa jenis ulat yang menyerang daun semangka. Diantara-Nya ulat grayak (Spodoptera sp) dan ulat jengkal (Plusia sp). Tubuh ulat grayak berwarna hijau dan bagian pinggir tubuhnya berwarna cokelat tua. Ulat jengkal berwarna hijau dengan panjang sekitar dua sentimeter. Ciri ulat jengkal dapat diketahui dari cara berjalannya, yaitu dengan menekuk badannya melengkung ke atas dan meluruskan kembali mulai dari kepalanya sehingga terlihat seperti tangan (jengkal) yang sedang mengukur. Serangan ulat grayak dan ulat jengkal membuat daun semangka berlubang atau bahkan hanya tersisa tulang daunnya. Serangan kedua ulat daun ini menyebabkan pertumbuhan tanaman semangka terganggu karena rusaknya daun yang berperan di dalam proses fotosintesis.
Pengendalian ulat daun dapat dilakukan secara mekanis, dengan cara mengambil ulat satu per satu kemudian membunuhnya. Serangan yang melewati ambang batas toleransi dapat dikendalikan secara kimiawi dengan cara menyemprot kan insektisida racun kontak atau racun perut ke lahan penanaman semangka. Menjaga sanitasi kebun dan menggunakan perangkap ulat juga berguna untuk mengendalikan hama ini.
d. Kutu Daun
Kutu daun (Myzus percicae) menyerang tanaman semangka dengan cara mengisap cairan daun, menyebabkan daun menjadi keriput, berwarna Kekuningan, dan terlilit. Tanaman yang terserang menjadi kerdil. Kutu daun menularkan penyakit tungau, embun jelaga, virus, dan dapat mendatangkan semut. Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif imidakloprid, fipronil, dan protiofos secara bergantian, diberikan sesuai dengan dosis pada kemasan.
e. Semut dan Belalang
Semut dan belalang biasanya menyerang bibit tanaman semangka di persemaian. Kedua jenis hama ini memakan bibit hingga rusak dan tidak dapat ditanam kembali atau hingga bibit mati. Serangan semut dan belalang bisa ditanggulangi dengan menggunakan insektisida racun kontak atau perut, atau dengan menyebarkan insektisida berbahan aktif karbofuran seperti Furadan 3G, Petrofur, dan Curater di media persemaian.
B. Penyakit pada Tanaman Semangka dan Cara Pengendaliannya
a. Layu Fusarium
Penyakit yang disebabkan oleh cendawan fusarium ini merupakan salah satu penyakit berbahaya yang sering menyerang tanaman semangka. Cendawan fusarium menyukai daerah lembap dan sering menyerang saat musim hujan. Penyakit ini menyerang mulai dari daerah dengan ketinggian sedang hingga tinggi. Tanaman semangka yang terserang akan layu, mengering, kemudian mati. Serangan yang hebat dapat menyebabkan gagal panen.
Pengendalian penyakit layu fusarium dilakukan menggunakan fungisida dari berbagai jenis dan merek yang disemprotkan secara bergantian. Dosis dan interval penyemprotan sesuai petunjuk di masing-masing kemasan. Pemakaian surfaktan (perata dan pelekat larutan pestisida) pada musim hujan sangat dianjurkan. Tanaman yang terserang sebaiknya segera disingkirkan dan dimusnahkan agar penyakit tidak menular ke tanaman lain. Menjaga sanitasi kebun dan membersihkan gulma dapat menekan serangan penyakit ini. Rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan inang cendawan fusarium dapat dilakukan untuk memutus siklus hidup cendawan ini.
b. Layu Bakteri
Layu bakteri pada tanaman semangka disebabkan oleh bakteri pseudomonas. Gejala serangan layu bakteri mirip dengan layu fusarium. Bagian tanaman yang terserang layu bakteri ketika dipotong dan dimasukkan ke dalam air bersih akan mengeluarkan cairan berwarna putih. Serangan layu bakteri biasanya terjadi di daerah dataran rendah yang kondisinya lembap dan panas. Seperti layu fusarium, layu bakteri dapat mematikan tanaman dan menyebabkan gagal panen. Penyebaran penyakit ini bisa terjadi melalui air, angin, dan peralatan yang digunakan. Pengendalian dilakukan menggunakan pestisida Agrept 20 WP atau Agrimycin 15/1,5 WP. Lahan yang sudah terserang penyakit ini sebaiknya ditaburi kapur pertanian dan selama dua tahun tidak ditanami tanaman yang bisa menjadi inang Pseudonmonas, karena bakteri Pseudomonas sp dapat bertahan dalam tanah hingga dua tahun.
c. Busuk Daun
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans. Penyakit yang juga dikenal sebagai cacar ini terlihat dari munculnya noda hitam di daun dan buah. Bagian yang terserang akan menjadi kering, keras, dan busuk. Serangan penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kelembapan kebun, melakukan pemangkasan secara teratur, dan menjaga sanitasi kebun. Busuk daun dapat diberantas menggunakan Bubur Bordeaux 1-3%, Akofol 50 WP, Preficur N, Prufit PR 10/56 WP, Ridomil, Dhitane M45, dan Antracol.
d. Busuk Buah
Penyakit busuk buah disebabkan oleh cendawan Colectroticum sp. Serangan cendawan ini ditandai dengan munculnya bercak cokelat yang semakin melebar di buah semangka. Pada serangan yang parah buah akan menjadi kering, busuk, dan keriput. Penyakit busuk buah biasanya menyerang buah semangka muda. Penyakit ini dapat mengurangi hasil panen hingga 75%.
Serangan penyakit busuk buah dapat diatasi dengan mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat, melakukan pemangkasan secara teratur, dan melakukan penyemprotan fungisida sistemis atau fungisida kontak yang berbahan aktif karbendazim fenorimol secara teratur. Merendam benih dalam air hangat dengan suhu sekitar 55° C yang dicampur dengan pestisida juga dapat mengurangi risiko serangan penyakit ini. Penyakit busuk buah dapat menular dari tanaman cabai dan tomat yang ada di areal penanaman semangka.
e. Busuk Leher
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytiumn ulimum. Penyakit busuk leher biasanya menyerang bibit semangka, tetapi kadang-kadang juga menyerang tanaman dewasa. Serangan penyakit ini terlihat dari munculnya bercak berwarna kehitaman yang basah di pangkal batang. Lama-kelamaan, tanaman yang terserang akan roboh. Apabila tanaman dibongkar, akan terlihat miselium berwarna keputihan. Serangan penyakit busuk leher dapat dihindari dengan menjaga kelembapan lahan. Memberikan fungisida pada benih juga membantu mencegah munculnya penyakit ini. Contoh fungisida yang dapat digunakan adalah Previcur N atau Benlate.
f. Virus
Virus yang biasa menyerang tanaman semangka adalah cucumber mozaic virus. Daun yang terserang virus ini akan keriting dan berkerut. Pada daun yang terserang juga terdapat bercak kuning. Tanaman semangka yang terserang virus pertumbuhannya menjadi tidak normal. Serangan virus juga membuat bentuk buah menjadi abnormal atau kerdil. Penyakit akibat virus tidak dapat disembuhkan. Cara menanggulanginya adalah dengan segera memusnahkan tanaman yang terserang. Serangan virus dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lahan.
g. Kudis
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cladosporium cucumerinum. Kudis dapat menyerang buah muda ataupun yang sudah tua. Serangannya dapat menimbulkan bercak hijau kecokelatan pada buah. Pada bercak kemudian akan muncul lekukan. Sepintas, serangan terlihat. Seperti kudis pada manusia. Dari bercak akan keluar cairan menyerupai getah karet. Selain menyerang buah, penyakit kudis juga menyerang daun. Pada daun yang terserang akan muncul bercak berwarna kuning. Pencegahan dilakukan dengan cara membersihkan kebun dari gulma, menanam varietas yang tahan terhadap penyakit, dan melakukan rotasi tanaman. Fungisida Manzate atau Ridomil MZ dapat digunakan untuk menghambat serangan penyakit ini.
h. Busuk Batang
Penyakit busuk batang disebabkan oleh cendawan Botryodiploida theobromae. Busuk batang menyerang cabang dan tangkai tanaman. Bagian yang terserang menjadi berwarna cokelat. Setelah itu cendawan akan membentuk miselium di kulit buah. Bagian tanaman yang terluka sangat rentan terhadap penyakit busuk batang. Membersihkan lahan dari sampah dan gulma dapat dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ini. Fungisida yang dianjurkan untuk menanggulangi penyakit ini adalah Delsene MX 200 atau Derosal 500 SC.
i. Embun Tepung
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Erysiphe cichoracearum. Serangan embun tepung menghebat pada musim kemarau, sedangkan pada suhu rendah cendawan membentuk konidium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan munculnya bercak berwarna keputihan berbentuk bulat di permukaan bawah daun. Semakin lama bercak semakin melebar hingga seluruh daun tertutupi tepung berwarna putih. Setelah itu daun menjadi berwarna cokelat dan keriput. Tanaman yang terserang lama-kelamaan akan mati. Tanaman yang terserang penyakit ini harus dicabut dan dimusnahkan. Pengendaian penyakit ini dapat menggunakan pestisida Afugan 300 EC atau Calixin 750 EC. Selain itu, dianjurkan juga untuk menanam varietas semangka yang tahan terhadap penyakit ini.
j. Antraknosa
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Colletotrichum lagenarium. Gejala serangan ditandai dengan munculnya bercak bulat berwarna kecokelatan di daun. Bercak semakin lama semakin membesar, menyatu, dan berwarna kehitaman. Pada buah yang terserang muncul bercak kehitaman dengan bagian tengah berwarna putih dan spora yang berwarna kemerahan. Pencegahan penyakit ini dilakukan melalui sanitasi lahan dan pengaturan jarak tanam menjadi agak renggang. Serangan antraknosa dapat dikendalikan dengan menyemprot-kan fungisida Dithane M-45 atau Derosal 60 WP.
C. Gulma pada Tanaman Semangka dan Cara Pengendaliannya
Walaupun tidak terlihat membahayakan, gulma di areal penanaman semangka merupakan ancaman serius, karena dapat berebut unsur hara dengan tanaman utama. Selain itu, gulma juga berpotensi meningkatkan kelembapan di areal penanaman semangka sehingga memicu munculnya hama dan penyakit. Beberapa jenis gulma juga dapat menjadi inang hama dan penyakit serta berpotensi menjadi sumber penyebaran cendawan dan bakteri yang sering menyerang tanaman semangka. Karena itu, gulma di sekitar lokasi penanaman semangka sebaiknya dibersihkan secara berkala.
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis dengan cara dicabuti satu per satu atau bisa dihilangkan sekaligus pada saat dilakukan pendangiran ataupun pembumbuan bedengan. Gulma yang terkumpul kemudian disingkirkan dari areal penanaman atau dibakar. Gulma juga bisa dikumpulkan dan ditimbun di dalam lubang untuk dijadikan kompos.
Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit pada budi daya tanaman semangka sebaiknya tidak hanya berasal dari satu merek, tetapi bergiliran antara beberapa merek pestisida. Hal ini dilakukan agar hama dan penyakit tidak kebal terhadap salah satu merek pestisida tertentu. Untuk mencegah efek racun yang mungkin terkonsumsi, penyemprotan pestisida harus dihentikan minimal dua minggu sebelum buah semangka dipanen. Penggunaan pestisida sistematik harus dihentikan minimal satu bulan sebelum buah semangka dipanen.
PANEN DAN PASCA PANEN
A. Panen dan Penanganan Pascapanen
Umur panen tanaman semangka tergantung pada jenis atau varietasnya dan pada ketinggian lokasi penanaman. Semakin tinggi lokasi penanaman, semakin lambat waktu panennya. Pada umumnya buah semangka dapat dipanen pada umur 75-100 hari sejak ditanam. Buah semangka yang akan dipasarkan jarak jauh sebaiknya dipanen lebih awal agar tidak busuk saat sampai di tujuan. Selain menggunakan patokan waktu tanam, tingkat kematangan buah semangka juga bisa ditentukan dengan cara berikut.
- Memukul-mukul buah semangka menggunakan tangan atau batang pisau. Buah semangka yang sudah tua dan sudah layak petik jika dipukul-pukul akan mengeluarkan bunyi yang berat, mirip bunyi buah durian atau nangka yang sudah tua. Sebaliknya, buah semangka muda dan belum layak petik jika dipukul-pukul akan mengeluarkan bunyi yang "ringan.
- Melihat kulit buah. Kulit buah semangka yang sudah tua biasanya berwarna terang dan sudah tidak dilapisi lilin.
- Melihat batang buah. Batang buah semangka yang sudah tua dan layak panen biasanya berwarna cokelat kekuningan. Tangkai buah yang masih muda biasanya berwarna hijau dan masih ditumbuhi bulu-bulu halus.
Cara memanen buah semangka yang baik adalah dengan memotong batang buah tepat di pangkal batang yang berbatasan dengan cabang pohon semangka. Pemotongan bisa dilakukan menggunakan pisau yang tajam atau gunting.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah titik-titik embun hilang dan pada saat tidak hujan. Embun atau air hujan yang menempel di buah semangka dapat menimbulkan cendawan yang akan merusak buah semangka pada saat diangkut atau disimpan. Bila pemanenan terpaksa dilakukan pada saat hujan, sebelum dikemas atau dikirim, buah semangka harus dilap hingga kering.
B. Tempat Penyimpanan
Buah semangka membutuhkan tempat penyimpanan yang memiliki sirkulasi udara baik. Gudang tempat penyimpanan idealnya adalah bangunan permanen yang tertutup rapat dan tidak dapat dimasuki binatang seperti tikus. Lantai gudang sebaiknya diplester. Sebelum buah diletakkan, terlebih dahulu lantai dialasi dengan jerami kering. Usahakan kelembapan tidak lebih dari 80%. Kelembapan yang terlalu tinggi akan mendatangkan penyakit seperti cendawan yang dapat merusak buah semangka. Sebelum disimpan, buah disortir terlebih dahulu. Buah yang cacat atau terkena penyakit harus dipisahkan. Setelah itu, sortir dilakukan kembali untuk memisahkan buah berdasarkan ukurannya. Tujuannya untuk meningkatkan harga jual karena dengan cara ini pembeli atau pengepul tidak dapat sembarangan menentukan harga.
Buah semangka tidak boleh disimpan terlalu lama di dalam gudang. Buah semangka yang disimpan lebih dari satu minggu akan berkurang kesegaran dan kerenyahannya. Konsumen tentu tidak menyukai kondisi buah seperti ini. Untuk menghindarinya, sebelum panen, pastikan sudah ada yang akan membeli atau menampung hasil panen tersebut.
Daftar Pustaka
Khaerudin, Dul Japar, Ir., & Ir. Rina Niwan Setyowati, Petunjuk Bertanam Semangka Sistem Turus, Jakarta: Penebar Swadaya, 2000
Sunarjono, Hendro, Drs., Aneka Permasalahan Semangka dan Melon Beserta Pemecahannya, Jakarta: Penebar Swadaya, 1999
Post a Comment for "Materi : Budidaya Semangka (Lengkap)"